Cinta
datang tanpa memandang siapa dia. Iya.. itu yang aku rasakan sekarang. Aku tau,
aku anak remaja SMP yang belum mengerti betul apa itu cinta. Tapi apa salahnya
kalau sekarang aku merasakan hal itu? Hanya sekedar menyukai dan mengagumi
seorang cowok.
Teman
seusiaku rata-rata pernah mengalami apa itu pacaran. Pacaran boleh-boleh saja, tapi pacaran yang sehat,
dalam artian sewajarnya. Tapi aku enggan untuk pacaran. Rata-rata anak cowok
disekolah ku yang usianya sebaya denganku, mereka hanya memandang kecantikan
fisik tanpa memandang kecantikan hati dan kecantikan otaknya. Aku sadar aku
nggak sesempurnya yang lain. Wajahku standar saja.
Sampai
suatu saat aku menemukannya. Tak perlu aku beritahu namanya. Dia adalah adik
kelas ku, dia masih kelas 8. Awal aku mengenalnya saat aku sedang ulangan.
Disekolahku memang begitu, setiap mid semester ataupun semester pasti duduk
dengan orang yang beda kelas. Dan aku sekelas dengannya, bahkan sebangku.
Awalnya biasa saja, sama seperti adik kelas yang aku kenal. Hanya seminggu kita
duduk bareng. walaupun seminggu tapi kita sudah akrab. Saking akrabnya aku
sampai jatuh hati dengannya. Entah karena kepintarannya,sikapnya atau wajahnya
aku menyukai dirinya. Tapi ada satu hal tentang dia yang membedakan aku dengan
dia, yaitu kita berbeda keyakinan.
Semejak
teman-temanku tau kalau aku meyukainya, mereka mengejekku dalam artian setiap
dia lewat pasti saja temen-temanku bilang “ciye.. ciyeeee.. Niel tuh kak Puput. Karena sering, alhasil dia menjauh dariku. Entah kenapa, tapi yang pasti
karena dia malu kalau dekat dengan ku karena dia akan di ‘ciye.. ciye-in’. Hmm…
iya aku ngerti kok gimana perasaanya. Semenjak terjadi hal itu, aku dan dia
jadi seperti orang yang nggak kenal. Aku hanya bisa melihatnya dari jarak yang
jauh, hanya bisa mengaguminya tanpa bisa berbicara langsung dengannya. Saat dia
pulang bareng dengan cewek, aku nggak tau siapanya, perasaanku berubah jadi
jealous. Menurutku, wajahnya dia diatas standar. Jadi, nggak salah kalau banyak
cewek yang deket dengannya. Lagi pula buat apa aku jealous, toh aku bukan
siapa-siapanya dia kan? Pernah tibul rasa lelah menunggunya dekat lagi
denganku. Cukup sabar aku menjalani situasi seperti ini selama setahun. Sampai
suatu saat aku dan temen-teman satu
angkatan denganku merayakan gradution party. Acara itu diisi dengan adik kelas,
aku nggak tau kelas 8 atau kelas 7. Acara itu dibawakan dengan 3 orang pembawa
acara, 2 cewek dan seorang cowok. Saat aku melihat mc yang cowok kok rasanya
orang itu nggak asing bagiku. Saking penasarannya aku sampi bertanya ke teman
sebelahku. Katanya dia anak kelas 8*. Aku berfikir sejenak. Dan, ah…. Itu dia!
Raut mukaku berubah jadi memerah dan cengar-cengir sendir, aku juga nggak tau
kenapa aku jadi seperti itu.
Saat
dia break sejenak, dia turun dari panggung dan berjalan entah kemana. Dia
melewati teman sekelasku, dan alhasil aku pun kembali di ‘ciye-ciyein’ lagi.
Malu? Emm.. banget! Apalagi pas temen aku minta aku foto dengan nya. Kalau aku
menerima tawarannya aku pasti malu banget karena keadaan disitu lagi
rame-ramenya. Dan aku melilih menolak ajakan temen aku, ya… walaupun agak
sedikit nyesel. Hmm.. gimana ya bilangnya? Aku sebenarnya mau tapi malunya itu
loh yang bikin aku males…
Tapi
untungnya temenku Sasqia yang baik dan cantik (nggak ada bayaran sedikitpun loh saat aku nulis ini, hehehe..) menolongku. Ya dengan meminta foto ulang. Dan…
dihandphone sudah tersimpan fotoku dengan dirinya. Seneng sih… tapi masih ada
perasaan malu.
Sehari
berlalu kejadian itu, aku memberanikan diri sms dia. Ya… meskipun cuma
basa-basi tapi itu bisa buat aku sama dia ngobrol lagi. Deg-degan? Pasti!
Seribu satu pertanyaan tersimpan didalam hati. Apa nanti dibalas? Apa
jangan-jangan dicuekin? Terus nanti kalau dibalas, aku balas apa lagi? Apa
nanti dia balasnya singkat? Hmm.. pokoknya banyak deh. Tapi ternyata dibalas
dan jawabnya nggak terlalu cuek kok. Seneng sih tapi agak kesel. Gimana nggak kesel
coba? Kadang Cuma dibalas “O” doang atau “Y”. Ada lagi yang aneh, kalau aku
balasnya singkat, dia balasnya panjang dan giliran aku balas panjang, dia hanya
ngirim huruf “Y”/”O”.
Emmm…
sabar ya. Sabar banget!
Aku
ada niatan, setelah aku diterima di SMA nanti, aku mau to the point sama dia.
Yaa.. tentang perasaanku kedia. Aku nggak minta dia balas perasaanku, aku cuma
ingin dia tau aja bagaimana perasaanku kedia. Kalau nggak dibalas, ya… it’s ok!
Nggak masalah. Kalaupun dibalas, ya… Alhamdulillah.
Ku urungkan niatku untuk to the poin dengan nya. Feeling ku berkata ada cewek yang mengisi harinya dan itu bukan aku. Bukti juga udah cukup aku mengerti kok. Ini ya balasan untuk orang yang udah menunggu selama itu? ya... walaupun nggak lama banget. Tapi bagiku setahun itu cukup melelahkan. Kini aku bagaikan orang ke-3. Belum pasti juga sih kalo cewek itu pacarnya tapi dia ngomong ke cewek itu beda. Setau aku dia kalo bales pasti singkat tapi kalo sama cewek itu panjang lebar. Apa coba artinya? Udahlah emang move on yang lebih baik aku lakukan saat ini. Meskipun sulit tapi harus tetap aku coba. Dari pada terus terpuruk dicintanya yang nggak jelas kepastiannya. Lagi pula aku ini mau SMA kan, pasti disekolah baru ku ada yang jauh lebih baik dari dia.